KETULUSAN
SEORANG ANAK
Di pagi yang
cerah, terik matahari, kicauan burung dan pemandangan indah di sekitar menjadi
pesona alam tersendiri yang sudah biasa terjadi. Salah satunya di Daerah
Jakarta.
Tidak heran bila Jakarta terkenal dengan sebutan “Kota Macet” salah satu anak pindahan dari Bandung itu pun merasakannya. Dia adalah temanku.
Tidak heran bila Jakarta terkenal dengan sebutan “Kota Macet” salah satu anak pindahan dari Bandung itu pun merasakannya. Dia adalah temanku.
“Kringg…
Kringg” suara alarm berbunyi. Aku pun terbangun dari tidurku, dan langsung
membuka jendela kamar sambil mengucapkan “Pagi yang cerah!” Aku pun segera
mandi dan memakai seragam sekolah baruku. Tak lupa Aku memakai kacamata
pemberian Papa, dan setelah Aku melihat ke arah jam “Apa? Ma, Aku harus pergi
sekarang juga kalau tidak aku bisa terlambat”. Langsung meminum segelas susu
dan masuk mobil pribadi bersama Sopir.
Saat
dalam perjalan Aku sudah membayangkan kemacetan yang sangat panjang, tapi
untunglah gerbang sekolah masih terbuka. Dan saat itu Aku mulai berinteraksi
dengan lingkungan sekitar namun, Aku merasa dijauhi oleh teman-teman baruku.
Tapi Aku tidak peduli akan semua itu.
Saat
istirahat teman sekelasku Aline dan teman-temannya menyimpan lem perekat pada
kursiku setelah bel pulang berbunyi dan berusaha berdiri terdengar suara
“srrttt..” rokku tersobek. Lalu teman-teman menertawakanku. Aku merasa malu dan
langsung berlari ke luar kelas.
Begitu
pun keesokan harinya, mereka selalu ingin membuatku malu mulai dari menumpahkan
sisa makanan ke seragamku, menghalangi jalan sampai terjatuh, bahkan menginjak
kaca mataku.
Lama-kelamaan
Aku merasa terpukul dengan kondisi yang terus menerus seperti ini. Sudah
beberapa hari Aku murung di kamar, Mama pun khawatir dengan keadaanku. Namun
Aku masih belum mau berbicara apa yang sebenarnya terjadi pada Mama karena Aku
tahu betapa susahnya menyekolahkan Aku dengan keadaan ekonomi yang kurang
mendukung dan menjadi Ibu sekaligus Ayah setelah Papa meninggalkan kami untuk
selama-lamanya.
Saat
upacara bendera pada amanat kepala sekolah menjelaskan bahwa “Hari sabtu
mendatang akan diadakan Olimpiade Matematika tingkat provinsi dan pemenang akan
mendapatkan beasiswa selama 3 tahun”. Aku pun segera mendaftarkan diri pada Ibu
guru dan selama beberapa hari diseleksi, tidak lama Ibu guru memberitahu bahwa
Aku adalah salah satu siswa yang akan mengikuti Olimpiade tersebut.
Tiba
di Tempat perlombaan aku melihat Aline tampak hadir di Tempat perlombaan. Aku
pun langsung tergugah dan memotivasi diriku untuk memenangkan perlombaan
tersebut. “Aku pasti bisa!” dalam hati.
Setelah
selesai peserta diperbolehkan istirahat, dari kejauhan Aku melihat mobil hampir
menabrak Aline “Awas Aline!” Aku segera menyelamatkannya namun Aku yang menjadi
korban kecelakaan dan Aku langsung dilarikan ke Rumah Sakit terdekat.
Saat
Aku berusaha membuka mata, Aku melihat banyak orang di sekelilingku termasuk
Aline. Dia berterima kasih dan meminta maaf padaku “Sal, terimakasih kamu sudah
menyelamatkan aku. Dan.. Maaf selama ini aku selalu mencari masalah” Aku hanya
memberikan senyuman dan tangis haru. Kemudian Ibu guru menghampiri dan
memberikan ucapan “Salsha, Ibu turut bangga kepada kamu! selamat kamu menjadi
juara umum Olimpiade Matematika” Aku pun langsung memeluk semua orang yang ada
di Ruangan itu.
Cerpen Karangan: Yeti
Facebook: Pelabuhan Emaiyeida
Twitter: Pelabuhan Emaiyeida
Facebook: Pelabuhan Emaiyeida
Twitter: Pelabuhan Emaiyeida
Penulis
Posting Komentar